Internetan Pakai 4G Tak Lebih Mahal dari 3G
Internetan Pakai 4G Tak Lebih Mahal dari 3G
Kamis, 09/07/2015 04:25 WIB
Peluncuran 4G bersama di Makassar (roudetikINET)
Makassar - Lima operator penyelenggara layanan 4G di Indonesia sepakat tidak menaikkan tarif 4G. Kalaupun dirasa lebih mahal, itu cuma karena aksesnya jadi jauh lebih ngebut dibandingkan 3G.
Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah, mengakui adanya salah persepsi di masyarakat bahwa layanan 4G lebih mahal dan kuotanya lebih cepat habis. Padahal menurutnya, hal itu cuma karena perubahan kebiasaan setelah menikmati koneksi 4G.
"Padahal paketnya sama saja, tidak ada perubahan tarif. Yang harus diperhatikan cuma penggunaan datanya. Karena begitu pakai 4G pasti lebih cepat. Yang biasanya tidak dikonsumsi pun juga ikut dikonsumsi sekarang," terang Ririek dalam peluncuran 4G bersama di Makassar.
Salah satu contoh dari kebiasaan tersebut, misalnya, saat menonton video streaming atau video di YouTube. Jika biasanya tidak mengakses dari smartphone, karena aksesnya kencang, jadi mulai menonton. Jika sebelumnya menonton dengan kualitas low rate, kini mulai terbiasa nonton HD karena lebih cepat.
Selain itu, saat membuka jejaring sosial seperti Facebook, Path, dan Instagram, karena lebih cepat dibuka, maka lebih banyak waktu yang dihabiskan di jejaring sosial itu, makin banyak pula data yang dipakai. Tak cuma posting foto, tapi juga mulai sering upload video.
"Kalau speed lebih cepat, aplikasi lebih banyak, tentunya memicu penggunaan data lebih banyak lagi. Ini yang membuat kuota datanya jadi lebih cepat habis," terang Ririek.
Penjelasan yang disampaikan oleh bos Telkomsel itu juga diamini oleh Vice President LTE XL Axiata Pantro Pander Silitonga dan Head of Corporate Communication Indosat Fuad Fachruddin.
Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah, mengakui adanya salah persepsi di masyarakat bahwa layanan 4G lebih mahal dan kuotanya lebih cepat habis. Padahal menurutnya, hal itu cuma karena perubahan kebiasaan setelah menikmati koneksi 4G.
"Padahal paketnya sama saja, tidak ada perubahan tarif. Yang harus diperhatikan cuma penggunaan datanya. Karena begitu pakai 4G pasti lebih cepat. Yang biasanya tidak dikonsumsi pun juga ikut dikonsumsi sekarang," terang Ririek dalam peluncuran 4G bersama di Makassar.
Salah satu contoh dari kebiasaan tersebut, misalnya, saat menonton video streaming atau video di YouTube. Jika biasanya tidak mengakses dari smartphone, karena aksesnya kencang, jadi mulai menonton. Jika sebelumnya menonton dengan kualitas low rate, kini mulai terbiasa nonton HD karena lebih cepat.
Selain itu, saat membuka jejaring sosial seperti Facebook, Path, dan Instagram, karena lebih cepat dibuka, maka lebih banyak waktu yang dihabiskan di jejaring sosial itu, makin banyak pula data yang dipakai. Tak cuma posting foto, tapi juga mulai sering upload video.
"Kalau speed lebih cepat, aplikasi lebih banyak, tentunya memicu penggunaan data lebih banyak lagi. Ini yang membuat kuota datanya jadi lebih cepat habis," terang Ririek.
Penjelasan yang disampaikan oleh bos Telkomsel itu juga diamini oleh Vice President LTE XL Axiata Pantro Pander Silitonga dan Head of Corporate Communication Indosat Fuad Fachruddin.
Menurut mereka, paket data internet 3G dan 4G yang diberikan oleh operator sebenarnya sama saja tarifnya, tidak lebih mahal. Namun diakui, masih banyak masyarakat yang perlu diberikan edukasi agar tak salah persepsi.
"Ini hanya soal waktu saja, nanti masyarakat lama-lama juga mengerti manfaat dari 4G ini. Bahkan dari survei kami, 85% yang sudah merasakan enaknya pakai 4G, mereka tak mau balik lagi ke 3G," timpal Pantro.
Ponsel 4G Mahal?
Selain anggapan soal tarif mahal dan kuota cepat habis, satu lagi yang menjadi perhatian para operator adalah soal persepsi masih mahalnya ponsel-ponsel berkemampuan 4G.
"Jika berkaca pada pengalaman waktu perpindahan dari 2G ke 3G sepuluh tahun yang lalu, handset 3G saat itu memang mahal-mahal. Tapi sekarang kondisinya sudah berbeda. Kami bahkan sudah meluncurkan ponsel 4G yang harganya di bawah Rp 1 juta," terang Merza Facys, Direktur Utama Smartfren Telecom.
Dijelaskan olehnya, untuk peralihan 3G ke 4G ini berbeda sebab beberapa vendor smartphone sudah bersiap dengan meluncurkan handset yang mendukung koneksi 4G dengan banderol harga lebih murah.
Ponsel 4G dengan harga murah tak cuma dirilis oleh Smartfren lewat bundling Andromax. Sejumlah vendor lainnya juga telah menyiapkan strategi ponsel murah agar momentum 4G ini bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Mulai dari yang buatan impor seperti Xiaomi dengan Redmi 2, dan Lenovo dengan seri A6000 dan A7000 yang harganya juga di kisaran Rp 1 jutaan, hingga smartphone Zap 5 buatan Kudus milik Polytron.
"Ini hanya soal waktu saja, nanti masyarakat lama-lama juga mengerti manfaat dari 4G ini. Bahkan dari survei kami, 85% yang sudah merasakan enaknya pakai 4G, mereka tak mau balik lagi ke 3G," timpal Pantro.
Ponsel 4G Mahal?
Selain anggapan soal tarif mahal dan kuota cepat habis, satu lagi yang menjadi perhatian para operator adalah soal persepsi masih mahalnya ponsel-ponsel berkemampuan 4G.
"Jika berkaca pada pengalaman waktu perpindahan dari 2G ke 3G sepuluh tahun yang lalu, handset 3G saat itu memang mahal-mahal. Tapi sekarang kondisinya sudah berbeda. Kami bahkan sudah meluncurkan ponsel 4G yang harganya di bawah Rp 1 juta," terang Merza Facys, Direktur Utama Smartfren Telecom.
Dijelaskan olehnya, untuk peralihan 3G ke 4G ini berbeda sebab beberapa vendor smartphone sudah bersiap dengan meluncurkan handset yang mendukung koneksi 4G dengan banderol harga lebih murah.
Ponsel 4G dengan harga murah tak cuma dirilis oleh Smartfren lewat bundling Andromax. Sejumlah vendor lainnya juga telah menyiapkan strategi ponsel murah agar momentum 4G ini bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Mulai dari yang buatan impor seperti Xiaomi dengan Redmi 2, dan Lenovo dengan seri A6000 dan A7000 yang harganya juga di kisaran Rp 1 jutaan, hingga smartphone Zap 5 buatan Kudus milik Polytron.
0 komentar:
Post a Comment